Rabu, 01 April 2009

Menuju Bandung 200 tahun

Kata Pengantar Pameran Foto Trilogi I: “Bandung Edun”

Menuju Bandung 200 tahun.

Pada tahun 1809 Gubernur Jenderal Hindia Belanda H.W. Daendels berkata kepada Bupati R.A. Wiranatakoesoema II, “Zorg, dat als ik terug kom hier een stad is gebouwd” (Usahakan, bila saya datang kembali ke sini, sebuah kota telah dibangun). Setahun setelah peristiwa tersebut dimana Daendels menancapkan tongkatnya di tanah Jl Asia Afrika (KM. BD 0.00), lahir lah sebuah Kota yang bernama “Bandung”. Sehingga tanggal 25 September 1810 merupakan tanggal bersejarah bagi kelahiran Kota Bandung karena pada saat itu Bupati R.A. Wiranatakoesoema II (yang dikenal dengan julukan Dalem Kaum), dengan sebuah besluit pemerintahan Hindia Belanda menyatakan Kota Bandong sebagai ibukota Kabupaten Bandong. Sejak saat itulah Kota Bandung berkembang dengan pesat hingga saat ini. Berbagai julukan tentang Kota Bandung pun disandangnya dari mulai Kota Budaya, Kota Kembang, Kota Seniman, Kota Belanja, Kota Kuliner sampai pada Kota Kreatif. Khusus untuk citra Kota Bandung yang menyandang sebutan sebagai Kota Kreatif, dispilin fotografi menjadi salah satu bidang yang termasuk ke dalam citra kreatif tersebut.

Atas dasar pada kesadaran bahwa kecintaan untuk sebuah kota itu perlu ditumbuhkan melalui cara apapun, maka dari itu sekitar 62 pemotret yang mewakili masyarakat fotografi di Kota Bandung menyuguhkan karya-karya fotonya dalam sebuah Pameran Fotografi yang bertajuk “Bandung Edun”. Pameran ini merupakan episode pertama dari 3 buah rangkaian Pameran Foto (Trilogi) yang akan digelar dalam rangka menuju Bandung 200 tahun pada tahun 2010 nanti. Tema Bandung Edun ini diangkat dengan latar belakang imajinasi, kegelisahan maupun paparan yang berbeda-beda dari setiap pemotret dengan berbagai profesi yang digelutinya. Karena itu para pemotret yang terlibat dalam Pameran Foto ini terdiri dari bermacam-macam aliran dengan media kamera yang beragam seperti Jurnalistik, Piktorial, Dokumenter, Kamera Saku, Lomografi, Lubang Jarum, Digital Imaging, Fine Art, Kontemporer, Esai dan lain sebagainya.

Oleh karena itu tidak ada kata salah dan benar dalam memulai ide Pameran Foto Trilogi ini akan tetapi tindakan kecil apa yang harus kita ciptakan untuk berbagi dengan yang lain. Harapannya adalah bahwa para pelaku fotografi sebagai bagian dari masyarakat Kota Bandung, dapat membuat sebuah jejak langkah di jalan kecil yang dilaluinya. Tentunya melalui kreativitas fotografi yang selalu abadi merekam peradaban cahaya di bumi yang semakin gelap ini. Seperti kata seorang bijak, “Tidak terlalu penting apakah kita berjalan di atas air atau melangkah di udara. Keajaiban sejati adalah terus berjalan di atas bumi”. Begitu pula dengan keajaiban fotografi sejati yang selalu terus merekam, merekam dan merekam. Salam.

Fotografi bergerak!!!

Bandung, 23 Desember 2008

galih sedayu
fotografer & pegiat foto
www.galihsedayu.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar