Minggu, 29 Maret 2009

fotografi sebagai alat komunikasi visual

Materi ini diberikan pada acara workshop cyber public relations di be mall pada tanggal 12 April 2008.

Fotografi sebagai alat komunikasi visual

Terhitung 2 tahun setelah fotografi ditemukan oleh Louis Jacques Mande Daguerre pada tahun 1839, atas permintaan pemerintah kolonial belanda fotografi sudah dibawa ke tanah air tepatnya di Bandar Batavia oleh seorang fotografer yang bernama Dr Jurriaan Munnich. Setelah itu di Indonesia muncul 2 orang fotografer asal inggris, Walter Woodbury dan James Page pada tahun 1857 yang menjadikan titik sejarah foto dokumentasi seluruh keadaan di tanah air.

Kemudian muncul fotografer orang jawa pertama, Kassian Cephas yang mendokumentasikan relief-relief tentang ajaran Maha Karmawibhangga di Candi Borubudur. Sejak saat itu fotografi di Indonesia berkembang pesat seiring dengan kemajuan teknologi yang terus dikembangkan oleh manusia. Apalagi di saat ini dengan munculnya era digital, fotografi semakin menjamur dan tidak hanya diperuntukkan bagi kalangan fotografer saja tetapi juga masyarakat umum termasuk orang-orang yang berkecimpung dalam dunia Public Relations (PR).

Salah satu kelebihan fotografi adalah mampu merekam peristiwa yang aktual dan membentuk sebuah citra di dalamnya. Sehingga fotografi dapat berfungsi sebagai alat komunikasi visual dimana oleh orang-orang PR dapat digunakan sebagai bahan publisitas yang bermanfaat.

Mungkin kita masih ingat sebuah peristiwa menarik di dunia tinju dimana Mike Tyson menggigit telinga petinju Evander Hollyfield. Kala itu, foto yang menggambarkan kejadian tersebut dijadikan bahan publisitas secara besar-besaran di seluruh dunia. Bahkan ada beberapa foto yang dijadikan desain t-shirt serta merchandise lainnya untuk keperluan komersil.

Sebuah jargon dari produk sampoo sunsilk yang berbunyi ‘Rambutnya, Kisah Hidupnya’ tetap saja mau tidak mau menggunakan imej foto Marlyn Monroe & Madonna sebagai simbol ataupun representasi dari tokoh-tokoh yang digambarkan memiliki kisah hidup yang bermakna. PR yang bersifat hidup,verbal,murah dan menjangkau seseorang dapat dibantu dengan visual fotografi yang berfungsi menguatkan produk tertentu.

Fotografi juga dapat menciptakan dan memvisualkan secara jelas buah pikiran dan tulisan-tulisan yang dibuat oleh seorang PR ketika membuat artikel-artikel tertentu. Misalnya saja ketika kita ditugaskan untuk menulis artikel tentang Dick Fosbury, seorang atlet lompat tinggi yang tidak begitu terkenal tetapi gaya lompatannya yang membelakangi palang (Fosbury Flop) masih digunakan hingga sekarang. Kehadiran foto di sini dapat menegaskan artikel yang telah dibuat.
Karena sifatnya yang mudah dicerna & abadi, sudah layak dan sepantasnyalah seorang PR perlu dibekali oleh ilmu fotografi.

-Galih Sedayu,2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar