Minggu, 29 Maret 2009

24 jam di dusun banceuy

Materi tulisan 24 Jam di Dusun Banceuy ini diberikan pada Presentasi Karya & Diskusi Fotografi bersama Prof.Dr.Bambang Sugiharto,Aat Suratin & Hari Pochang yang merupakan rangkaian acara Pameran Fotografi 24 Jam Beda Profesi bertempat di Galeri Space59 Jalan Merak No 2 Bandung.

24 Jam di Dusun Banceuy

Dusun Banceuy terletak di Desa Sanca Kecamatan Jalan Cagak yaitu sekitar 20 km dari Kota Subang. Saat Tahun Baru Muharam, masyarakat dusun banceuy menggelar acara helaran yaitu sebuah pesta adat dengan mengedepankan nilai-nilai tradisional yang mereka miliki seperti bajidoran, kaulinan budak, wayang golek, tutunggulan, kentongan & gembyung. Helaran ini merupakan wujud syukur dan terimakasih atas hasil panen yang mereka dapatkan kepada dewi kesuburan (dewi sri) & Sang Pecipta. Sebenarnya acara helaran ini hampir ditinggalkan pada tahun 1999. Tetapi pada tahun 2000 dengan bantuan pemerintah daerah subang, helaran ini kembali diadakan setiap tahunnya dan dusun banceuy dijadikan sebuah desa wisata.

Malam sebelum acara helaran dimulai, masyarakat dusun banceuy berkumpul di bale desa untuk mengadakan ritual doa keselamatan sembari memainkan kesenian tradisi yang bernama ‘gembyung’, sebuah alunan musik dengan diiringi kendang sembari melantunkan lagu dalam bahasa sunda yang isinya berupa puji-pujian kepada Nabi Muhamad. Para musisi adat yang memainkan gembyung ini bernama ‘Gembyung Pusaka Wargi Saluyu pimpinan Abah Ukar’.

Sambil membakar sesaji kemenyan & makanan khas dusun banceuy, 9 bh lagu dinyanyikan oleh Gembyung Pusaka Wargi ini. Pada saat lagu ke-3 dimainkan, masyarakat dusun banceuy yang kemasukan ruh mulai menari ditengah-tengah kelompok yang membentuk lingkaran sampai mereka terjatuh & kehabisan tenaga. Acara ritual ini berlangsung selama 2 – 3 jam.

Pada pagi hari sebelum acara helaran dimulai, setiap keluarga di dusun banceuy diwajibkan memberi makanan ke bale desa yang berupa nasi tumpeng, opak, kue, dll yang ditaruh pada sebuah nampan (nyiru). Dimana nantinya akan ada petugas yang mencatat semua makanan yang telah diserahkan oleh masing-masing keluarga. Selanjutnya makanan itu akan digunakan sebagai hidangan bagi masyarakat dusun banceuy dan sebagian akan dibagikan kepada para tamu undangan.

Lalu salah seorang pemuka adat yaitu Abah Ahrub akan mengucapkan doa sembari memberikan tumbal berupa cerutu, hasil bumi & memotong kepala ayam untuk kemudian menanamnya ke dalam tanah di sebuah tempat panumbalan. Baru setelah itu acara helaran dimulai menuju makam aki leutik di utara & selatan kampung dusun banceuy.

Segala peristiwa yang terjadi selama 24 jam di dusun banceuy itulah yang saya coba rekam melalui media fotografi dengan penuh kesadaran.

-g.sedayu
space59, 12 Januari 2008 – bandung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar